MALANG – Seorang guru sukwan salah satu SMA Negeri di Kota Malang, Anjar Tri Wicaksono, 20 tahun, menjadi korban pengeroyokan. Warga Jalan Sumpil Gg IB Malang ini dipukuli dua mantan siswanya, Selasa (8/1) lalu. Itu terjadi karena pelaku tidak terima dikeluarkan dari sekolah. Kamis (10/1) lalu, korban yang tidak terima dengan pengeroyokan itu memilih menempuh jalur hukum.
Dia melaporkan dua mantan siswanya ini ke Polres Malang Kota. Yakni Ruli Frans, warga Jalan Sudimoro Malang dan Pratomo, warga Jalan Letjen Sutoyo Malang. Kini kasus pengeroyokan terhadap guru tersebut, sedang dalam tahap penyelidikan petugas Satreskrim Polres Malang Kota. “Kasusnya masih diselidiki dengan memeriksa beberapa saksi termasuk mencari keberadaan pelaku,” ungkap Kasubag Humas Polres Malang Kota, AKP Dwiko Gunawan singkat.
Aang Kurniawan, kakak kandung Anjar menceritakan kalau peristiwa pengeroyokan yang dialami adiknya, terjadi di depan warung kopi SOB Jalan Ijen Malang sekitar pukul 23.00. “Adik saya yang menjadi guru sukwan di sekolah itu sejak tiga tahun lalu itu, ditugasi sebagai guru tatib sekolah. Tugasnya adalah mencatat kesalahan serta daftar absensi siswa yang membolos sekolah. Termasuk kesalahan dan absensi dua mantan siswanya tersebut,” terang Aang.
Karena dari daftar absensi dua pelaku ini sering sekali mbolos sekolah, Desember 2012 akhir-nya pihak sekolah mengeluarkan surat panggilan kepada orangtua mereka. “Surat panggilan di-serahkan kepada adik saya untuk diantarkan ke rumah kedua siswa itu,” lanjutnya. Namun karena beberapa kali dipanggil orangtua kedua pelaku tidak pernah datang. “Malahan, kedua siswa itu mengancam akan memukuli.
Ancaman tidak hanya lewat SMS, tetapi juga lewat Twiter, Facebook dan BBM. Tetapi Anjar saya minta untuk berdiam saja dan mengadukan ancaman itu ke pihak sekolah dengan harapan adik saya dapat pengamanan,” terang Aang. Dan puncaknya Selasa malam lalu, selang sehari setelah Ruli dan Pratomo dikeluarkan dari sekolah. Anjar yang mau pulang usai nongkrong sambil minum kopi, didatangi kedua pelaku dan tiga temannya.
Saat berhadapan Pratomo mengajak Anjar untuk membeli rokok di seberang jalan. Namun begitu di tempat sepi, mendadak Pratomo langsung memukul Anjar dan diikuti oleh Ruli yang menyerang dari belakang. Beruntung Anjar yang merasa terpojok ini, bisa berontak yang kemudian kabur. “Berapa kali adik saya dipukuli, tidak faham. Yang jelas berkali-kali dengan tangan kosong hingga kepalanya pusing dan luka memar di wajah serta bibirnya berdarah,” jelas Aang.
Dengan kejadian itupula, dia berharap polisi bisa segera mengungkap dan menangkap pelaku pengeroyokan yang dialami adiknya. Sebab adiknya adalah seorang guru, sehingga bisa menjadi pelajaran supaya tidak ada lagi guru yang dipukul oleh siswanya. “Secara institusi dengan sekolah kita baik-baik saja. Namun kami minta supaya polisi bisa menghukum pelakunya supaya ada pelajaran,” pungkas dia. (MalangPost)
Guru GTT diMalang khususnya memang posisinya sangat lemah, baik di mata Sekolah maupun di mata hukum, Tapi seharusnya di Malang sebagai kota Pendidikan ada lembaga Hukum yang secara suka rela mau memayungi dan melindungi. Disisi lain keberadaan guru HONORER hanya dipakai sebagai tambal butuh saja. Kalu butuh diperlukan kalau selesai diabaikan, Bak Peribahasa " HABIS MANIS SEPAH DIBUANG " . Seyogyanya ya jangan diperlakukan seperti itu, paling tidak Hargai tenaga dan Ilmunya yang layak, selayak menghargai sesama manusia, mereka juga ingin hidup layak... di masyarakat luas....puunya Keluarga, otomatis punya Suami/Istri Juga anak......Amin. Oleh karena itu mohon para pemegang kebijakan di sekolah ya pakailah "NURANI", jangan hanya mengutamakan sekolah untuk "BERBISNIS" PRIBADI.
BalasHapus